Otitis Media Akut (OMA) pada Anak: Penjelasan Lengkap, Gejala, dan Solusi Medis–Non Medis

Apa itu OMA?

Otitis Media Akut (OMA) adalah peradangan dan infeksi pada telinga tengah yang berlangsung cepat (akut), biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri atau virus yang menyebar dari saluran pernapasan atas melalui saluran penghubung antara telinga-hidung-tenggorok (tuba eustachius). Kondisi ini lebih sering dialami anak usia 6 bulan – 3 tahun karena anatomi tuba eustachius anak yang lebih pendek dan horizontal sehingga mudah tersumbat.¹


Penyebab OMA

  1. Bakteri (paling umum):
    • Streptococcus pneumoniae
    • Haemophilus influenzae
    • Moraxella catarrhalis ²
  2. Virus:
    • Virus flu (influenza)
    • Respiratory Syncytial Virus (RSV)
    • Adenovirus
  3. Faktor Risiko:
    • Riwayat infeksi saluran napas berulang
    • Alergi atau rhinitis alergi
    • Paparan asap rokok
    • Tidak mendapat ASI eksklusif
    • Kebiasaan minum susu sambil tiduran

Gejala OMA pada Anak

  • Nyeri telinga (otalgia) mendadak
  • Rewel, sulit tidur, menangis saat malam
  • Demam (bisa >38°C)
  • Gangguan pendengaran sementara
  • Keluar cairan dari telinga (otore) jika gendang telinga pecah
  • Anak sering menarik atau memegang telinganya ³

Bahaya jika Tidak Diobati

Jika OMA tidak ditangani dengan tepat, dapat menyebabkan:

  • Perforasi membran timpani
  • Infeksi telinga kronis
  • Mastoiditis (infeksi tulang belakang telinga)
  • Gangguan pendengaran permanen ⁴

Penanganan di Rumah (Pertolongan Awal)

💡 Catatan: Penanganan di rumah hanya untuk mengurangi gejala, bukan menggantikan pemeriksaan medis.

  1. Kompres hangat di area telinga untuk mengurangi nyeri.
  2. Posisi tidur kepala sedikit lebih tinggi untuk membantu drainase cairan.
  3. Hindari masuknya air ke telinga selama infeksi.
  4. Berikan cairan cukup agar tubuh terhidrasi.
  5. Analgesik seperti parasetamol atau ibuprofen dosis anak untuk meredakan nyeri dan demam.⁵

Penanganan Medis

Dokter akan menentukan terapi berdasarkan usia, tingkat keparahan, dan ada tidaknya komplikasi:

  1. Observasi – pada OMA ringan, terutama anak >2 tahun, dokter bisa memantau dulu 48 jam sebelum memberi antibiotik.
  2. Antibiotik – misalnya amoxicillin dosis tinggi (80–90 mg/kg/hari) sebagai pilihan utama.⁶
  3. Tindakan – jika terjadi penumpukan cairan atau nanah, dokter THT dapat melakukan miringotomi (melubangi membran timpani untuk mengeluarkan cairan).
  4. Dekongestan / antihistamin – kadang digunakan bila disertai rhinitis alergi.

Pendekatan Non Medis & Komplementer

Selain terapi medis, ada metode tambahan yang dapat membantu:

  • Terapi uap inhalasi untuk melegakan saluran pernapasan. 👉 Link Pembelian Terapi Uap Inhalasi
  • Perbaikan pola makan – memperbanyak buah, sayur, dan mengurangi gula berlebih untuk mendukung imun.
  • Menghindari alergi pencetus (debu, asap rokok, bulu hewan).
  • Akupuntur – beberapa titik akupuntur yang sering digunakan untuk membantu mengurangi nyeri dan inflamasi antara lain:
    • Tinggong (SI-19) – dekat telinga, membantu mengatasi nyeri telinga.
    • Ermen (TE-21) – mengurangi sumbatan dan nyeri.
    • Yifeng (TE-17) – membantu drainase telinga tengah.⁷
      Mekanisme akupuntur diduga membantu memperlancar aliran darah lokal dan merangsang pelepasan endorfin sebagai analgesik alami.⁸
      ⚠️ Harus dilakukan oleh praktisi terlatih dan sebagai pendamping, bukan pengganti pengobatan infeksi.

Herbal Pendukung untuk OMA pada Anak


(berdasarkan sifat antiinflamasi, imunomodulator, atau dekongestan alami)

  1. Propolis
    • Sumber: lebah (Apis mellifera, Trigona).
    • Manfaat: antibakteri, antivirus, antiinflamasi.⁹
  2. Echinacea purpurea
  3. Elderberry (Sambucus nigra)
  4. Jahe & Madu
  5. Minyak Habbatussauda (Black Seed Oil)

Catatan Penting:

  • Herbal di atas tidak menggantikan antibiotik bila memang diperlukan.
  • Jangan meneteskan cairan apapun langsung ke telinga anak tanpa petunjuk dokter.
  • Untuk anak di bawah 2 tahun, konsultasikan dulu dosisnya.
  • Herbal sebaiknya diberikan oral untuk membantu sistem imun, bukan lokal di telinga.

Pencegahan OMA pada Anak

  • Memberikan ASI eksklusif minimal 6 bulan
  • Menghindari paparan asap rokok
  • Memposisikan bayi tegak saat minum susu
  • Imunisasi lengkap (termasuk vaksin pneumokokus dan influenza)
  • Menangani segera pilek atau infeksi saluran pernapasan

Kesimpulan

OMA pada anak adalah kondisi yang umum namun tidak boleh diremehkan. Penanganan yang cepat dan tepat—baik medis maupun pendukung seperti akupuntur—dapat mencegah komplikasi serius. Orang tua sebaiknya segera memeriksakan anak ke tenaga kesehatan bila ada tanda-tanda OMA, terutama jika disertai demam tinggi, nyeri hebat, atau keluar cairan dari telinga.


Daftar Pustaka

  1. Lieberthal AS, et al. The diagnosis and management of acute otitis media. *Pediatrics*. 2013;131(3):e964–e999.
  2. Bluestone CD, Klein JO. *Otitis Media in Infants and Children*. 5th ed. BC Decker; 2013.
  3. Pichichero ME. Acute otitis media: Part I. Improving diagnostic accuracy. *Am Fam Physician*. 2000;61(7):2051–2056.
  4. Schilder AG, et al. Otitis media. *Nat Rev Dis Primers*. 2016;2:16063.
  5. American Academy of Pediatrics. Clinical practice guideline: The diagnosis and management of acute otitis media. 2013.
  6. Venekamp RP, et al. Antibiotics for acute otitis media in children. *Cochrane Database Syst Rev*. 2015;2015(6):CD000219.
  7. World Health Organization. *WHO Standard Acupuncture Point Locations*. 2008.
  8. Zhao L, et al. Mechanisms of acupuncture therapy for chronic pain. *Am J Chin Med*. 2015;43(1):1–23.
  9. Sforcin, J.M., & Bankova, V. (2011). Propolis: Is there a potential for the development of new drugs? Journal of Ethnopharmacology, 133(2), 253–260. https://doi.org/10.1016/j.jep.2010.10.032
  10. Ross, S.M. (2016). Echinacea purpurea: A proprietary extract stimulates and modulates the immune response. Holistic Nursing Practice, 30(1), 54–57. https://doi.org/10.1097/HNP.0000000000000131
  11. Hawkins, J., Baker, C., Cherry, L., & Dunne, E. (2019). Black elderberry (Sambucus nigra) supplementation effectively treats upper respiratory symptoms: A meta-analysis. Complementary Therapies in Medicin, 42, 361–365. https://doi.org/10.1016/j.ctim.2018.12.004
  12. Mashhadi, N.S., Ghiasvand, R., Askari, G., Hariri, M., Darvishi, L., & Mofid, M.R. (2013). Anti-oxidative and anti-inflammatory effects of ginger in health and physical activity: Review of current evidence. International Journal of Preventive Medicine, 4(Suppl 1), S36–S42. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3665023/
  13. Ahmad, A., Husain, A., Mujeeb, M., Khan, S.A., Najmi, A.K., Siddique, N.A., Damanhouri, Z.A., & Anwar, F. (2013). A review on therapeutic potential of Nigella sativa: A miracle herb. Asian Pacific Journal of Tropical Biomedicine, 3(5), 337–352. https://doi.org/10.1016/S2221-1691(13)60075-1

dr.Dio Ocev Pratama


Simpan dan bagikan konten ini, siapa tau bisa bermanfaat dan bantu banyak orang.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *